Yogyakarta, 30 April 2025 — Sebuah tantangan terbuka disampaikan secara langsung oleh Direktur Penyaluran Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Mohammad Alfansyah, dalam sambutannya di Konsolidasi dan Workshop Nasional Asosiasi Planters Muda Indonesia (APMI) 2025 yang berlangsung di Kampus AKPY STIPER Yogyakarta 23 April lalu.
Dalam sambutannya yang penuh semangat dan makna, Alfansyah menyampaikan bahwa pada tahun 2025 ini, program beasiswa sawit akan kembali dibuka secara nasional. Ia juga menginformasikan bahwa jumlah total mahasiswa penerima beasiswa sawit yang akan dikelola oleh BPDP mencapai kurang lebih 9.000 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga
APMI Sambut Baik Perluasan Beasiswa Sawit 2025: Ingatkan Komitmen Penyelenggara Beasiswa
Dengan jumlah yang begitu besar, ia kemudian melemparkan sebuah pernyataan tantangan kepada APMI, organisasi yang dikenal aktif menghimpun dan memberdayakan generasi muda sawit:
“Yakin tidak bisa digarap semuanya jadi anggota APMI?”, tantangnya.
Pernyataan ini bukan hanya menggugah semangat, tetapi juga mengguncang kesadaran kolektif peserta yang hadir di acara tersebut. Tantangan itu dianggap sebagai sinyal kuat bahwa BPDP tidak hanya menyalurkan beasiswa, tetapi juga berharap munculnya gerakan mahasiswa yang bisa menjadi motor penggerak transformasi sektor sawit dari sisi sumber daya manusianya.
APMI, yang selama ini tumbuh sebagai organisasi independen dan digerakkan oleh semangat kolektif anak muda perkebunan, menyambut tantangan itu dengan sikap terbuka dan penuh keyakinan.
Ketua Umum BPP APMI, Muhammad Nur Fadillah, dalam pernyataannya menegaskan bahwa tantangan tersebut bukan hal yang perlu dihindari, justru harus dijawab dengan kerja nyata dan semangat generasi muda yang ingin berkontribusi bagi masa depan sawit Indonesia.
“Kami tahu angka 9.000 itu besar. Tapi yang lebih besar dari itu adalah semangat dan potensi anak-anak muda di balik angka itu. Kami tidak akan berpikir soal kendala dulu. Kami akan bergerak dulu. Bergerak menyapa, mengajak, menginspirasi, dan merangkul mereka satu per satu,” ucap Fadil.
Ia juga menegaskan bahwa APMI bukan organisasi yang lahir dari struktur formal, melainkan dari kesadaran kolektif anak muda perkebunan yang ingin berbuat lebih untuk perkebunan rakyat. APMI dibangun oleh mereka yang percaya bahwa masa depan sawit ada di tangan generasi muda yang sadar akan perannya, dan siap berjuang bukan hanya demi beasiswa, tetapi demi keberlanjutan dan keadilan sektor sawit nasional.
“Kami bukan hanya ingin menjadikan mereka anggota. Kami ingin menjadikan mereka bagian dari gerakan. Bagian dari misi membangun perkebunan sawit rakyat yang kuat, adil, dan berkelanjutan. Kalau ditanya yakin atau tidak, kami jawab: kami akan buktikan,” katanya penuh keyakinan.
Acara Konsolidasi Nasional yang mengusung tema “Menuju 1 Dekade: Sudahkah Akar Beasiswa Sadar Menancap Kuat di Tanah Perkebunan Rakyat?” menjadi momen reflektif dan strategis. Tema ini menegaskan bahwa beasiswa bukan hanya fasilitas pendidikan, tetapi juga panggilan untuk mengabdi kepada rakyat dan menjaga masa depan industri strategis ini agar tetap kuat dan mandiri.
APMI melalui Badan Pengurus Wilayah (BPW) yang tersebar di berbagai provinsi, kini bertekad memperkuat perannya untuk menjangkau lebih banyak mahasiswa penerima beasiswa sawit. Mereka tidak menunggu datangnya dukungan, tetapi memilih untuk menjadi pelopor perubahan. Dengan gaya kepemudaan yang lincah, APMI percaya bahwa gerakan ini bisa berkembang melalui kepercayaan, solidaritas, dan keberanian untuk terus melangkah.
Dalam penutup pernyataannya, Ketua Umum BPP APMI menyampaikan pesan yang menggambarkan semangat generasi sawit hari ini:
“Kami tidak perlu ditanya bisa atau tidak. Yang kami butuhkan hanya ruang untuk membuktikan bahwa anak muda sawit Indonesia siap mengambil peran, dan kami sudah mulai dari sekarang.”
Tantangan dari Direktur Penyaluran Dana BPDP kini telah menjadi cambuk bagi APMI untuk meningkatkan kapasitas organisasi, memperluas jangkauan, dan memperdalam nilai gerakan. Dari sinilah generasi baru sawit akan terus tumbuh, tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai penjaga masa depan sawit rakyat Indonesia.