MENATAP SUMBANGSI SEKTOR STRATEGIS DALAM UPAYA MEWUJUDKAN SWASEMBADA PANGAN DAN ENERGI

Pada ahir tahun 2024 sampai awal tahun 2025 kita selalu mendengar sebuah informasi yang merupakan harapan bangsa Indonesia untuk mencapai “swasembada pangan dan energi di tahun 2045”. kalimat ini terus menerus di dengungkan di beberapa siaran televisi bahkan secara masif dapat kita saksikan di media sosial. Tapi taukah kita sektor strategis apa saja yang memberikan sumbangsi dalam Upaya mewujudkan swasembada pangan dan energi ini, serta  ke sektor strategis mana fokus pemerintah dalam mewujudkan harapan besar ini.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2023 sektor strategis yang menempati posisi pertama dalam memberikan sumbangsi devisa negara terbesar yaitu Batu bara, dengan jumlah sumbangsinya sebesar USD 45,9 miliar atau setara dengan jika di rupiahkan 734 triliun. Setelahnya di ikuti oleh sektor Perkebunan kelapa sawit Curde Palm Oil (CPO) menempati posisi ke dua yang memberikan kontribusi devisa sebesar USD 28,6 miliar, atau setara dengan jika di rupiahkan sebesar 460 triliun. Berikutnya posisi ke tiga di tempati oleh Besi/baja dengan kontribusinya sebesar USD 21,3 miliar dan yang terahir di ikuti oleh Nikel dengan kontribusinya sebesar USD 12,7 miliar.

Jika kita kontraskan dengan realita gerak pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dan energi, terdapat beberapa Upaya yang di lakukan mulai dari penggencaran alih fungsi lahan produksi sampai meningkatkan efektifitas dan produktifitas sektoral. Dalam hal ini sektor Perkebunan merupakan yang paling di gadang-gadang untuk bisa memberikan kontribusi secara maksimal melalui beberapa komoditasnya. Tentu jika berbicara sektor Perkebunan, kelapa sawit adalah yang paling seksi untuk di perbincangkan, ahir-ahir ini media masa banyak tertuju pada kelapa sawit. Selain di proyeksikan dapat menjadi andalan untuk mencapai ketahanan pangan dan energi, kelapa sawit juga menjadi penyelamat bagi Sebagian besar penduduk terpencil di beberapa daerah, kelapa sawit banyak membuka lapangan pekerjaan, mensejahtrakan Masyarakat. Karena memang kalau kita lihat Perkebunan kelapa sawit ini adalah sektor yang paling bersahabat dengan Masyarakat, untuk bisa bekerja dan berpenghasilan di sini tidak memerlukan taraf Pendidikan yang cukup tinggi, jika kita bandingkan dengan kondisi lapangan pekerjaan pada umumnya yang mengharuskan syarat level Pendidikan menjadi kunci untuk bisa bekerja.

Di lansir dari liputan6.com sektor Perkebunan tidak hanya mengandalkan kelapa sawit saja namun seperti tebu,jagung,padi,gandum, sampai tanaman hortikultura lain nya juga turut ikut ambil bagian dalam Upaya mewujudkan swasembada pangan dan energi. Hal ini di tunjukan dengan program food estate yang sudah berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia seperti Kalimantan Tengah dengan lahan seluas 165.000 hektar yang akan di gunakan serta terfokus untuk budidaya padi, di ikuti dengan wilayah Nusa Tenggara Timur dengan luasan lahan 5000 hektar yang akan di gunakan untuk menanam jagung dan sorgum, serta masih ada beberapa wilayah lainnya seperti Sumatra Utara,papua dan sampai seterusnya (Liputan6.com, 2024).

Kondisi ini tentu menjadi peluang bagi anak-anak muda dan para petani untuk terlibat dalam mengembangkan serta sebagai bentuk kontribusi dalam Upaya mendukung swasembada pangan dan energi.

Penulis:
Mulyadi

 

Tags

Berita Terkini

Presented By

Hubungi Kami

Sekretariat : Jl. Boyong, Banteng, Hargobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode Pos: 55582
Telepon : +62 822 - 2132 - 1502
E-Mail : plantersmuda.id@gmail.com

Asosiasi Planters Muda Indonesia