Minyak Kelapa Sawit dan Perang Dagang Global: Isu Lingkungan atau Strategi Persaingan

Dinamika minyak kelapa sawit di Indonesia tidak bisa lepas dari konteks persaingan dagang yang melibatkan beberapa negara penghasil minyak nabati untuk memperebutkan pasar dunia. Persaingan dagang kerap dikemas dalam Upaya pencegahan pemanasan global dan Kesehatan. Sejak tahun 1999 hingga saat ini minyak kelapa sawit menggantikan posisi minyak kedelai, menjadi minyak yang paling di minati dan di manfaatkan oleh kebanyakan negara dunia. APMI

Tak dapat di pungkiri dominasi minyak kelapa sawit hingga kini tak tergeserkan dengan menampak kan keunggulan nya dari berbagai segi atas minyak nabati lain seperti : Produktifitas,efisiensi penggunaan lahan,volume,konsumsi air,variasi kegunaan hingga harga yang lebih ekonomis. Selaras dengan dominasi minyak kelapa sawit di pasar global, kerap kali isu di munculkan untuk menyerang dan menyudutkan produk dari kelapa sawit, mulai dari isu deforestasi,pemanasan global,perlindungan satwa,biodiversitas sampai isu Kesehatan juga turut di mainkan. APMI

Baca juga:
APMI Bergerak! Instruksi Ketua Umum: Masuk Sekolah, Sosialisasikan Beasiswa Sawit, dan Siapkan Mini Kelas Strategis Lolos Beasiswa Sawit 2025

Ada beberapa fakta menunjukan isu-isu yang muncul tidak terlepas dari dinamika persaingan dagang antara negara-negara produsen minyak nabati di dunia. fenomena yang mulai bermunculan seperti munculnya pihak-pihak pengkritik minyak kelapa sawit yang memunculkan standar ganda. Pihak ini sangat kritis terhadap minyak kelapa sawit namun tak meluaskan pandangan terhadap minyak nabati lainnya. Mereka terabaikan dengan data yang menunjukkan bahwa dampak deforestasi yang di tunjukan oleh minyak nabati lain nya tidak cukup baik juga ketimbang minyak kelapa sawit. APMI

Mari kita geser sedikit kepada fakta empiris. Di kutip dari GAPKI melalui studi yang di lakukan oleh Gerbens-Leenes et. al. (2009) serta Makonnen dan Hoekstra (2010). mengungkapkan bahwa tanaman penghasil minyak nabati yang paling banyak mengkonsumsi air adalah tanaman rapeseed, di susul oleh kelapa, singkong, jagung, kedelai dan bunga matahari. Untuk menghasilkan setiap gigajoule bioenergy (minyak), rapeseed yang merupakan tanaman minyak nabati utama eropa membutuhkan air sebanyak 184 meter kubik. Kemudian tanaman kelapa yang juga banyak di temukan di Indonesia,india serta filipina memerlukan air sebanyak 126 meter kubik. Di susul dengan ubi kayu yang mengkonsumsi air sebanyak 118 meter kubik. Ternyata terdapat sebuah fakta yang sangat berbanding terbalik dengan kampanye yang di munculkan oleh pihak-pihak yang mengatakan bahwa kelapa sawit sangat rakus akan air. Ternyata per gigajoule bioenergy yang di hasilkan kelapa sawit hanya mengkonsumsi air sebanyak 75 meter kubik, kemudian kita bandingkan dengan kedelai pergigajoule bioenergy yang di hasilkan tanaman kedelai mengkonsumsi air sebanyak 100 meter kubik (GAPKI, 2022). APMI

Baca juga:
Generasi Muda Jadi Kunci Atasi Ketimpangan Produktivitas Sawit Rakyat

Kemudian coba sedikit kita beralih pada isu deforestasi, berdasarkan informasi dari Our World In Data  pada tahun 2022 luas areal lahan yang di gunakan pada tanaman penghasil minyak nabati 4 teratas dunia yang terdiri dari minyak kelapa sawit, rapeseed, kedelai, dan bunga matahari yaitu seluas 233.04 juta hektare (Ha). Adapun komposisi luasan lahan yang di gunakan yaitu rapeseed seluas 39.97 juta Ha, kedelai seluas 133.79 juta Ha, bunga matahari seluas 29.26 juta Ha, dan yang terahir kelapa sawit seluas 30.02 juta Ha. Dapat di saksikan bersama berdasarkan data di atas bahwa kelapa sawit hanya menggunakan lahan sebanyak 12.8 persen dari 4 komponen total keseluruhan penggunaan lahan pada tanaman penghasil minyak nabati. Kalau kita sorot ternyata pengguna lahan terbanyak antara tanaman penghasil minyak nabati yaitu tertuju pada tanaman kedelai yang menggunakan lahan seluas 133.79 juta Ha. Jadi masih menganggap kelapa sawit penyebap terburuk dari deforestasi?

Dari uraian di atas tampak bahwa fenomena yang cenderung menyerang dan teralamatkan terhadap perkebunan kelapa sawit semata mata hanya karena persaingan dagang. Situasi semacam ini merupakan reaksi dari dinamika dagang yang memacu persaingan antar negara penghasil minyak nabati untuk mempertahankan produk nya di pasar global. Dalam hal ini setiap negara memainkan pihak-pihak sebagai instrumen dalam upaya memenangkan persaingan. Isu-isu tajam yang di balut dengan keilmuan secara ilmiah menjadi alat perang untuk mencapai sebuah kemenangan. APMI

Penulis:
Mulyadi
Kepala Departemen Kajian dan Advokasi

Pustaka:
Gerbens-Leenes, Hoekstra P. Van der Meer, T. 2009: The Water Footprint of Energy from Biomass: a Quantitative Assessment and Consequences of an Increasing Share of Bioenergy Supply. Ecological Economics 68 (4): 1052- 1060.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (2025) – Learn more about this data OurWorldinData.org/land-use | CC BY.
“Water Use Efficiency Makes Palm Oil More Ecofriendly” August 11, 2022 https://gapki.id/en/news/2022/08/11/water-use-efficiency-makes-palm-oil-more-ecofriendly/.

 

 

Tags

Berita Terkini

Presented By

Hubungi Kami

Sekretariat BPP APMI:
Jl. Garuda No.10, Malangrejo, Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode Pos: 55584
Telepon : +62 822 - 2132 - 1502
E-Mail : plantersmuda.id@gmail.com

Asosiasi Planters Muda Indonesia

Made By Departemen IT Developer - APMI